Minggu, 13 Desember 2009

1010 CARA KRISTENISASI

AlDakwah.com--Berbagai cara ditempuh untuk melancarkan proyek kristenisasi.
Ada yang memalsukan Al-Quran, pendeta mengaku haji, sampai upaya memurtadkan
kiai ternama. Ada pula tokoh Muslim yang "mendukung" kristenisasi



Kawin antar-agama hanyalah salah satu cara kristenisasi. Lainnya, banyak.
Menurut kristolog Abu Deedat Shihab, kaum misionaris dan zending perlu
menempuh berbagai macam cara karena selama ini merasa gagal. Kini,
kristenisasi lebih diprioritaskan untuk menjauhkan ummat Islam dari agama,
baru kemudian memurtadkannya. Abu Deedat merujuk pada Al-Quran Surat
Al-Baqarah: 109, "Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman..." Juga
Al-Baqarah: 120, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka."



Sinyalemen Al-Quran itu memang benar. Dalam Konferensi Misionaris di kota
Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur
organisasi misi Kristen, menyatakan, "Misi utama kita bukan menghancurkan
kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang Muslim
dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlaq sebagaimana seorang Muslim.
Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam,
generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya
mengejar kepuasan hawa nafsu."





Plesetan Al-Quran



Al-Quran, sebagai tuntunan hidup ummat Islam, kini dimanfaatkan sebagai
sarana kristenisasi. Tentu saja bukan Al-Quran sungguhan, tapi palsu. Salah
satunya adalah The True Furqan, yang sempat beredar di internet dan
menggegerkan publik Jawa Timur, awal Mei lalu. Dalam Al-Quran buatan
Evangelis (Ev) Anis Shorrosh itu, ada surat bernama Al-Iman, At-Tajassud,
Al-Muslimun, dan Al-Washaya yang isinya memuji-muji Yesus.



Selain ada Al-Quran palsu, juga bertebaran buku-buku plesetan ayat-ayat
Al-Quran dan Hadits. "Cara ini yang sekarang paling banyak terjadi.
Pemberian Supermie atau bantuan uang sudah tidak manjur lagi," tutur Abu
Deedat.



Kenapa cara itu ditempuh? Dalam wawancara dengan majalah Jemaat Indonesia
(edisi 4 Juni 2001), Pdt R Muhamad Nurdin -Muslim murtad- menyebut trik itu
sebagai cer*** seperti ular dan tulus seperti merpati. "Saya membuat buku
agar dibaca umat Kristen, kemudian disalurkan kepada umat beragama lain.
Saya tulis untuk kalangan sendiri, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Demikian bagi orang Yahudi aku seperti orang Yahudi, supaya aku
memenangkan orang Yahudi. Itu cara yang hati-hati dalam merebut hati kaum
Muslimin. Jangan sampai ada vonis mati seperti untuk Suradi dan Poernama,"
ujarnya. Dua nama terakhir adalah pendeta yang divonis mati oleh Forum Ulama
Ummat (FUU) Bandung karena menghina agama Islam.



Buku-buku Nurdin laku keras. Dalam tiga tahun, 5000 eksemplar ludes.
Hasilnya, menurut penuturan Wakil Gembala Gereja Kristen Maranatha Indonesia
(GKMI) Rawamangun Jakarta ini, banyak orang Islam yang akhirnya menerima
Yesus alias murtad. "Bahkan ada yang menjadi penginjil."



Contoh buku karangan Nurdin adalah Ash-Shadiqul Masdhuq (Kebenaran yang
Benar), As-Sirrullahil Akbar (Rahasia Allah yang Paling Besar), dan
Ayat-ayat Penting dalam Al-Quran.



Selain buku, juga bermunculan brosur atau pamflet sejenis lembar Jumat.
Judul yang dipilih pun seolah-olah Islami.



Misalnya "Allahu Akbar Maulid Nabi Isa as", "Kesaksian Al-Quran tentang
Keabsahan Taurat dan Injil", dan "Siapakah yang Bernama Allah itu?"
Bertebaran pula stiker kaligrafi Arab yang isinya pujian kepada Yesus.



Buku dan brosur itu diterbitkan oleh Yayasan Jalan Al-Rachmat, Yayasan
Christian Center Nehemia Jakarta, Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiah
(YPPA), Dakwah Ukhuwah, dan Iman Taat kepada Shiraathal Mustaqiim.



Anak-anak sekolah juga menjadi sasaran empuk. Siti Muflikhah, santri
Pesantren At-Taqwa Bekasi, pernah mendapat surat berisi komik anak-anak dari
sebuah lembaga yang menamakan diri Klab17. Di bagian awal, komik itu berisi
cerita keseharian anak-anak. Namun di bagian akhir ada pernyataan, "Saya
percaya akan Engkau, Yesus sebagai juruselamat saya."





Mengaku Mantan Haji



Bidang kesehatan juga dibi***. Ini antara lain dialami keluarga Hartono,
warga Kupang, Surabaya. Istrinya, Jam'iyah, sakit dan dirawat di RS RKZ
Surabaya. Biaya yang harus dikeluarkan selangit sehingga Hartono yang cuma
bekerja sebagai mandor kontraktor kebingungan. Datang misionaris menawarkan
bantuan biaya pengobatan. Namun ada syaratnya: masuk Kristen. Hartono
terpikat. Suami istri itupun akhirnya menjadi penganut Kristen.



Cara yang cukup sulit diidentifikasi adalah tipu daya dengan meniru adat
atau kebiasaan komunitas Muslim. Di Cirebon, ada kelompok qasidah yang
menyanyikan puji-pujian kepada Yesus.



Hal serupa juga dilakukan jemaat Kanisah (Kristen) Ortodoks Syiria (KOS)
yang menyelenggarakan tilawatul Injil, memakai peci, ibadahnya mengamalkan
shalat 7 waktu, memakai sajadah, dan mendendangkan qasidah.



Duta-duta Injil (begitu kalangan Kristen menyebutnya -red) juga berani
mengaku sebagai mantan ustadz, bertitel haji atau hajjah, atau anak kiai
terkenal. Pengakuan-pengakuan seperti itu direkam dalam kaset dan diedarkan
di tengah masyarakat.



Misalnya di Cirebon, murtadin Ev Danu Kholil Dinata alias Theofilus Daniel
alias Amin Al-Barokah, mengaku sebagai sarjana agama Islam, yang pindah
menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa versi Islam di STAI
Cirebon. Ternyata ijazah sarjana yang dipakai untuk kesaksian itu palsu.



Ada lagi Ev Hj Christina Fatimah alias Tin Rustini alias Sutini alias Bu
Nonot, pemberita Injil dengan memperalat Al-Quran di Gereja Bethel Pasir
Koja, Bandung. Mengaku pernah berkali-kali menunaikan ibadah haji. Menurut
penuturan Sumarsono, mantan suaminya, Sutini tidak pernah belajar di
pesantren. Selama berkeluarga tidak pernah shalat. Memang dia pernah pergi
ke Arab Saudi, bukan untuk ibadah haji tetapi menjadi TKW.



Banyak lagi kaset-kaset yang berisi rekaman kesaksian palsu, misalnya
kesaksian HA Poernama Winangun alias H Amos, Pdt R Muhamad Nurdin, Pdt M
Mathius, Pdt Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F Intan Duana, dan Ev
Paulus Marsudi.





Sekolah dan Tawaran Kerja



Biaya sekolah yang kian mahal juga dimanfaatkan untuk menjerumuskan kaum
Muslimin. Mereka mendirikan sekolah (yang seolah-olah) Islam, seperti
Institut Teologi Kalimatullah Jakarta yang dikelola Yayasan Misi Global
Kalimatullah. Juga ada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Apostolos Jakarta, yang
mempunyai kurikulum Islamologi bermuatan 40 sks.



Lapangan kerja juga menjadi lahan subur. Ini misalnya dilakukan pasangan
misionaris Robert Antony Adam dan Traccy Carffer di Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumatera Barat. Warga Amerika Serikat yang terang-terangan mengaku
utusan Yesus itu berhasil memurtadkan 123 orang Minang, dengan bekal jabatan
konsultan kehutanan Global Partners Forestry Unit (GPFU). Robert-Traccy yang
masuk Pesisir Selatan sejak Desember tahun silam, menawarkan rekayasa
teknologi tepat guna pemberdayaan jati emas, pala super, dan kapas
transgenik. Robert lantas menjual bibit jati mas, pala, dan kapas dengan
harga 50% lebih murah daripada harga pasaran. Kalau mau dapat gratisan, bisa
saja. "Asal masuk Kristen," ujar Masrizal, aktivis dakwah di Pesisir
Selatan. Banyak warga yang tergiur dan akhirnya menjual keyakinan karena
terobsesi keuntungan jutaan rupiah. Untung misionaris ini segera dideportasi
karena pelanggaran visa, pertengahan bulan lalu.



Kasus serupa terjadi di Bekasi. Bulan April lalu terbongkar praktik
kristenisasi berbungkus lapangan kerja. Sekitar 50 orang Muslim asal
Gorontalo dibawa ke Bekasi dengan janji akan dipekerjakan dan diberi
beasiswa oleh Yayasan Dian Kaki Emas. "Tapi setelah sampai di sini, mereka
didi*** dan dipaksa pindah agama Kristen oleh Pendeta Edi Sapto," ungkap
Hamdi, Ketua Divisi Khusus Forum Bersama Ummat Islam, dalam acara konferensi
pers di Masjid Al Azhar, Klender Jakarta Timur.



Warga Muslim itu disekap, didoktrin ajaran Kristen, disuruh ikut kebaktian,
dan dilarang shalat. Mereka juga diwajibkan memelihara babi-babi yang ada di
kompleks yang berdiri di atas tanah seluas 5 hektar itu. Akhirnya kompleks
kristenisasi terselubung itu digerebeg warga dan aparat.





"Dukungan" Tokoh Muslim Liberal



Proyek kristenisasi ternyata mendapat `dukungan' dari beberapa orang yang
sering disebut cendekiawan Muslim. Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham
liberalisme dan pluralisme yang kerap mengusung slogan `membangun dunia
baru', dengan penyatuan agama dan melepaskan fanatisme agama. Salah satunya
adalah Prof DR Said Agil Siradj, MA. Gagasan pluralnya antara lain tampak
dalam pengantar buku Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam. Buku ini dikarang
oleh Bambang Noorsena, pendiri Kanisah Ortodoks Syiria (KOS) di Indonesia.
Di situ Said Agil menulis bahwa KOS tidak berbeda dengan Islam. Secara
al-rububiyyah, KOS mengakui bahwa Allah adalah Tuhan sekalian alam yang
harus disembah. Secara al'uluhiyyah, telah mengikrarkan Laa ilaha ilallah
(Tiada Ilah selain Allah) sebagai ungkapan ketauhidannya. Jadi dari tauhid
sifat dan asma Allah secara substansial tidak jauh berbeda dengan Islam.
Perbedaannya, menurut Said Agil, hanya sedikit. Jika dalam Islam (Sunni)
kalam Tuhan yang Qadim itu turun kepada manusia (melalui Muhammad) dalam
bentuk Al-Quran, maka dalam KOS kalam Tuhan turun menjelma (tajassud) dengan
Ruh al-Quddus dan perawan Maryam menjadi Manusia (Yesus). Perbedaan ini
tentu saja sangat wajar dalam dunia teologi, termasuk dalam teologi Islam.
"Pandangan seperti itu merupakan salah satu bentuk penghancuran aqidah,"
timpal Abu Deedat.



Tokoh lainnya adalah DR Nurcholis Madjid. Dalam buku Pluralitas Agama,
Kerukunan dalam Keragaman, Cak Nur menjelaskan bahwa pengikut Isa Almasih
menyebut kitab Injil sebagai Perjanjian Baru berdampingan dengan kitab
Taurat yang mereka sebut sebagai Perjanjian Lama. Kaum Yahudi tidak mengakui
Isa Almasih dengan kitab Injil-nya, menolak ide Perjanjian Lama ataupun
Perjanjian Baru itu, namun Al-Quran mengakui keabsahan keduanya sekaligus.
Dengan nada agak tinggi, Abu Deedat menyebut pendapat Cak Nur itu sebagai
upaya pendangkalan aqidah. "Para pengikut Nabi Isa as (kaum Hawariyun) tidak
pernah menyebut Injil sebagai kitab Perjanjian Baru. Nabi Isa sendiri tidak
pernah menerima atau mengetahui kitab Perjanjian Baru karena Injil yang
diturunkan Allah kepada Nabi Isa bukanlah Perjanjian Baru yang isinya
kebanyakan surat-surat Paulus yang sangat bertentangan dengan ajaran Nabi
Isa itu sendiri," katanya.



Selain kedua tokoh di atas, Abu Deedat juga memasukkan Alwi Shihab sebagai
tokoh pluralis. Sementara Adian Husaini dalam Islam Liberal menunjuk
beberapa nama seperti dosen-dosen Universitas Paramadina (Komaruddin
Hidayat, Budhy Munawar Rahman, Luthfi As-Syaukanie), dosen UIN Syarif
Hidayatullah (Azyumardi Azra, Muhammad Ali, Nasaruddin Umar), dan beberapa
nama lain yang menjadi kontributor Jaringan Islam Liberal.



Menurut Adian yang juga anggota Komisi Kerukunan antarumat Beragama MUI,
melalui pluralisme, ummat Islam diprovokasi agar melapaskan aqidahnya. Tidak
lagi meyakini agamanya saja yang benar, dan kemudian diajak untuk mengakui
bahwa agama Kristen juga benar. "Teologi pluralis sebenarnya adalah pembuka
pintu bagi misi Kristen dan sejalan dengan imbauan Paus Yohanes Paulus II
agar misi Kristen terus dijalankan," ujarnya.



Kaum Kristen juga tak segan-segan "menyerang" tokoh-tokoh Muslim yang
dikenal sebagai pejuang tegaknya syariat Islam. Misalnya KH Kholil Ridwan
(Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia) dan KH Abdul Rasyid
Abdullah Syafii (Pimpinan As-Syafiiyah, Jakarta).



Sekitar 5 bulan lalu, keduanya mendapat kiriman brosur dari STT Apostolos.
"Isinya tidak secara langsung mengajak kepada agama Kristen, namun mengajak
saya agar masuk ke dalam Apostolos. Itu artinya Apostolos mengajak saya
untuk masuk ke dalam agama Kristen," kata Abdul Rasyid.



Abdul Rasyid segera melaporkan kejadian itu kepada aparat, sebab cara itu
sudah melanggar ketentuan hukum, yakni larangan mengajak ummat suatu agama
untuk masuk ke agama lain. Kemudian ada pemberitahuan dari aparat bahwa
pihak Apostolos melalui Pdt Yusuf Roni membantah telah mengirim surat dan
brosur itu.



"Terlepas dari benar tidaknya bantahan itu, yang jelas apa yang saya alami
merupakan indikasi bahwa sasaran kristenisasi tidak hanya kalangan akar
rumput, tapi juga ulama dan tokoh masyarakat," ujar Abdul Rasyid.





Yerikho 2000 dan Doa 2002



Misi Kristen di Indonesia didukung oleh kekuatan dana yang sangat besar, di
antaranya melibatkan konglomerat keturunan Cina, James T Riady (bos Grup
Lippo). Seperti terungkap di majalah Fortune (16 Juli 2001), James berencana
membangun seribu sekolah di desa-desa miskin di Indonesia. James bekerjasama
dengan Pat Robinson (misionaris dunia) juga akan mendirikan organisasi
jaringan umat Kristiani. Hebatnya, ummat Islam secara tidak sadar turut
mendukung cita-cita besar James T Riady. Antara lain dengan menjadi nasabah
Bank Lippo, belanja di Mal Lippo, membeli rumah di Lippo Karawaci dan
Cikarang, berobat ke RS Siloam, pelanggan Lippo Shop, Link Net, Lippo Star,
Kabel Vision, dan Asuransi Lippo.



Indonesia memang akan dijadikan pusat perkembangan Kristen di Asia Pasifik.
Demikian kata Pdt George Anatorae dari The Lord Familly Church Singapore
dalam seminar kerjasama Global Mission Singapore dan Galilea Ministry
Indonesia, di Hotel Shangrila Jakarta (9-12 Juni 1998). Sejauh mana
keberhasilan program itu, perlu diteliti lebih lanjut. Yang pasti, data
tahun 1999 menunjukkan jumlah umat Islam di Indonesia anjlok dari 90%
menjadi 75% (Siar No 43, 18-24 November 1999).



Keberhasilan itu berkat kerja keras 38 agen kristenisasi, 1573 misionaris
pribumi, 62 misionaris asing, dan 421 misionaris lintas kultural (data dari
Operation World 2001 yang dihimpun India Missions Association, Japan
Evangelical Assocation, dan Korea Research Institute for Missions).



Salah satu lembaga yang gencar melaksanakan kristenisasi adalah Doulos World
Mission (DWM). Saat ini DWM sedang melaksanakan Proyek Yerikho 2000, yaitu
program pengkristenan wilayah Jawa Barat, dengan sentra kegiatan digerakkan
di kawasan pinggiran Jakarta.



Proyek ini bertujuan "mewujudkan Kerajaan Allah di bumi Parahyangan
menyongsong abad XXI". Menurut Hendrik Kraemer, peneliti dan penginjil dari
Belanda, Jawa Barat adalah wilayah "paling gelap" di Indonesia dan sangat
tertutup bagi Injil. Karena itu aktivis DWM bertekad, "Kita harus merebut
tanah Pasundan bagi Kristus."



Yerikho 2000 juga digerakkan di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu,
Lampung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Pusat kegiatan DWM berada
di kawasan Rawamangun (Jakarta Timur) dan Tangerang (Banten).



Program lainnya adalah Doa 2002, yang dilaksanakan sejak tanggal 19 Oktober
2001 sampai 6 Desember 2002. Secara khusus program ini menyebut beberapa
komunitas Muslim sebagai objek kristenisasi. Di antaranya adalah suku Kaili
Ledo (Sulawesi Tengah), Melayu Riau, Betawi, Aceh, Melayu Kalimantan,
Tenggarong Kutai, Bima, Maluku, Banda, dan Papua. Rencana program Doa 2002
tertuang dalam buku 40 Hari Doa Bangsa-Bangsa yang telah diterjemahkan ke
dalam 35 bahasa di dunia.



Muslim Betawi misalnya, harus didoakan oleh segenap orang Kristen pada
tanggal 9 November 2001 lalu. Itu perlu dilakukan agar hati Bapa mengasihi
dan merindukan orang Betawi. Selain itu, agar Bapa mengutus duta-duta
kerajaan-Nya untuk mengembangkan pelayanan kesenian Betawi, literatur, dan
radio dalam bahasa Betawi. Juga, agar Tuhan mencurahkan kuasa-Nya dan
mengubah kehidupan orang-orang yang berpengaruh dalam suku Betawi, baik para
penyanyi, penari, tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan wanita.



Secara khusus, orang Kristen mendoakan Presiden Megawati dan beberapa
pemimpin dunia. Harapannya, agar Megawati (dan para pemimpin) mendapat
pewahyuan tentang Ketuhanan Yesus dan keluarganya datang mengenal Kristus.



Duta-duta Injil juga sedang menggencarkan ritual Doa 5 Patok. Yakni
meningkatkan doa 5 kali sehari dengan pelaksanaan minimal 30 menit lebih
awal sebelum waktu shalat (bagi orang Islam). Tujuannya adalah untuk
mengadakan penghadangan ruhani sekaligus pembersihan atmosfir ruhani agar
kaum Muslimin dapat menerima Yesus.



Ritualnya dilaksanakan sebelum waktu shalat ummat Islam, yakni subuh (mulai
03.15-selesai), pagi (10.30-selesai), siang (14.00-selesai), sore
(17.00-selesai), dan malam (18.00-selesai). Pada Kamis malam, dilakukan doa
semalaman dan peperangan ruhani sambil berkeliling kota/lokasi tertentu.
Awas, hati-hati!. (ahmad, dodi nurja, amz, pam)





Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian Palsu via mantan muslim (murtadin)




Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus pelecehan agama
oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam ceramahnya, sang
pendeta itu mengaku ngaku sebagai mantan kiyai, alumnus Universitas Islarn
Badung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia tafsirkan ayat-ayat
Al-Qur'an secara sangat ngawur. Kaset rekaman ceramah tersebut kemudian
diedarkan secara luas kepada umat Islam.



Setelah diusut tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka
Yusuf Roni teryata tidak bisa baca Al-Qur'an. Dengan kebohongannya itu,
Pendeta Pembohong Yusuf Roni diganjar penjara 7 tahun di Kalisosok,
Surabaya.



Ketika orang sudah banyak melupakan kasus pelecehan Yusuf Roni, di Jakarta
muncul pelecehan plus seribu dusta yang baru. Seseorang yang menamakan
dirinya Pendeta Hagai Ahmad Maulana mengaku sebagai putra kandung kesayangan
KH. Kosim Nurzeha. Ceramahnya di gereja pun beredar luas di kalangan
masyarakat. Setelah diselidiki, terkuaklah kebohongan besar pendeta Hagai
Ahmad Maulana. Sebab belum pernah istri KH. Kosim Nurzeha melahirkan Ahmad
Maulana.




Di Padang, trik yang sama dipakai untuk menggoyang akidah umat. Seseorang
yang menamakan dirinya Pendeta Willy Abdul Wadud Karim Amrullah, namanya
menjadi naik daun di dunia pemurtadan Kristenisasi, setelah mangaku a***
kandung ulama besar pakar tafsir, Yang Mulia Almarhum Buya Hamka.



Orang awam banyak yang percaya tanpa cek dan ricek. Langsung yakin begitu
saja dengan pengakuan bahwa a*** kandung Buya Hamka itu sudah murtad ke
Kristen.



Setelah diselidiki, ternyata pengakuan itu adalah kebohongan yang sangat
besar. Salah seorang putra Buya Hamka menyatakan bahwa sepanjang hayatnya,
dia tidak pernah punya paman yang namanya Willy Abdul Wadud Karim Amarullah.



Di Cirebon, murtadin Danu Kholil Dinata Ev. Danu Kholil Dinata alias
Theofilus Daniel alis Amin Al Barokah, mengaku sebagai sarjana agama Islam,
yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa versi Islam
di STAI Cirebon. Setelah dilacak, ternyata ijazah sarjana yang dipakai untuk
kesaksian adalah PALSU.



Para murtadin pembohong lainnya adalah Drs. H. A. Poernomo Winangun alias
Drs. H. Amos, Ev Hj. Christina Fatimah alias Tin Rustini (nama asli
dikampung Sutini alias Bu Nonot, Pdt. Rudy Muhammad Nurdin, Pdt. M. Mathius,
Pdt. Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F. Intan Duana Paken Nata
Sastranagara (Ev. Ivone Felicia IDp.). Mengaku telah mengkristenkan 60 kiyai
Banden, dll.







Abu Deedat Shihabuddin MH, Ahli Kristologi:



"Kasus Terbanyak, Pemuda Kristen Hamili Gadis Muslimah" Pertengahan bulan
lalu, harian Republika menurunkan laporan tentang puluhan sekolah agama di
Yogyakarta dan Temanggung yang tidak mau menyelenggarakan Evaluasi Belajar
Tahap Akhir (EBTA) untuk pelajaran agama bagi siswa-siswa beragama lain di
sekolah itu. Padahal sudah ada ketentuan hukum yang mengatur hal itu secara
tegas yakni Surat Keputusan Bersama (SKB) No. 2/U/SKB/2001.



Namun, SKB yang ditandatangani oleh Mendiknas, Mendagri dan Menag itu
sengaja mereka abaikan. Alasan mereka, mengutip pernyataan sejumlah pejabat
Diknas setempat, mereka ingin menjaga kekhasan sebagai sekolah agama. Bahkan
beberapa yayasan pengelola sekolah-sekolah tersebut secara tegas menolak SKB
itu karena ingin mengemban misi tertentu untuk kepentingan agama mereka
(Republika, 12/6).




Menanggapi berita tersebut, da'i dan Kristolog (ahli tentang Kristen), Abu
Deedat Shihabuddin MH berkomentar enteng. Menurutnya, itu tidak aneh dan
belum seberapa gawat, karena sebetulnya masih banyak bentuk-bentuk
pembangkangan mereka lainnya yang lebih parah. Yang aneh, bagi Sekjen Forum
Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) itu, justru sikap harian tersebut
yang tidak mau secara tegas mengatakan bahwa sekolah-sekolah itu tidak lain
adalah sekolah-sekolah Kristen. "Mengapa mesti takut," tanyanya heran.



Sebagai seorang kristolog, ustadz yang biasa dipanggil Abud oleh rekan-rekan
seprofesinya itu, memang bukan hanya menguasai disiplin ilmu tentang agama
Kristen secara mendalam. Tapi ia juga banyak tahu tentang seluk-beluk dan
kiprah licik para misionaris Kristen dalam memurtadkan kaum Muslimin.




Maklum, pria berkaca mata tebal ini sering menangani berbagai kasus
pemurtadan di berbagai daerah, baik berupa advokasi maupun terapi langsung.
Selain itu Abud juga kerap melakukan investigasi langsung ke 'garis
belakang' untuk memperoleh data. Jadi wajar kalau ia tahu banyak.



Sudah banyak murtadin yang terselamatkan kembali ke pangkuan Islam setelah
diterapi Abud. Uniknya, para pasien yang ditangani mubaligh

kalem ini bukan hanya dari kalangan Muslim KTP saja. Tapi juga ada yang
justru berasal dari kalangan santri. Misalnya, anak seorang kyai

sal Salatiga yang selain dimurtadkan juga dihamili oleh seorang aktivis
gereja. "Ini bukti bahwa gerakan pemurtadan memang semakin hebat dan
terencana serius," jelasnya prihatin.



Melalui Abud juga, sejumlah pendeta dan aktivis gereja kembali berdiri di
bawah panji Syahadat. Mereka mengakui kekeliruan yang ada

ada ajaran mereka setelah berdebat panjang dengan Abud. "Bahkan, ada salah
satu pendeta setelah berdebat di rumah saya membanting Injilnya karena
kesal," cerita pria yang kutubuku ini.



Di tengah kesibukannya keliling daerah untuk mengisi ceramah, seminar dan
pelatihan tentang antisipasi gerakan pemurtadan (harakatul irtidad), mantan
aktivis PII ini berkenan meluangkan waktunya untuk diwawancarai Suara
Hidayatullah. Di ruang tamu rumahnya yang sempit, karena dipenuhi ribuan
buku serta pakaian, sendal dan sepatu, barang dagangan istrinya, Abud
menerima Deka Kurniawan dan reporter lepas Hidayaturrahman.





Berikut petikannya:



Anda begitu mendalami dunia Kristen. Pernahkah terbersit di hati Anda untuk
masuk Kristen?



Tidak ada keinginan untuk masuk Kristen walaupun saya sudah banyak sekali
membedah Bibel. Justru keyakinan saya terhadap kebenaran Islam semakin kuat,
karena setiap saya membaca Bibel selalu ada perbedaan redaksi dalam setiap
edisi cetakannya. Misalnya dalam edisi lama ada istilah Tuhan. Tapi di edisi
baru pada tempat yang sama ditulis Tuan. Begitu juga istilah Babi diganti
menjadi Babi Hutan.




Abud mengoleksi 49 kitab Injil modern dan klasik, termasuk Injil dalam
sejumlah bahasa daerah yakni Jawa, Minang dan Sunda. Sebagian besar
didapatnya secara cuma-cuma dari diskusi yang dilakukannya bersama pendeta.
Selebihnya didapat dari hasil investigasi dan membeli di pasar loak.



Setelah sekian lama menggeluti ajaran Kristen, apakah Anda menemukan sisi
positifnya?




Al-Quran sendiri menyatakan, telah terjadi percampuradukan antara yang benar
dan yang batil dalam ajaran ahlul kitab. Ini berarti menunjukkan ada juga
kebenarannya. Hanya saja memang madu dan racun itu sudah digabung menjadi
satu. Seperti ayat-ayat tauhid dalam Markus pasal 12 ayat 25 Yesus berkata,
"Dengarlah wahai Bani Israel Tuhan kita dalah Tuhan Esa." Ini menunjukkan
Tuhan mereka adalah esa disamping memang ajaran mereka khusus hanya kepada
golongan Bani Israel. Tapi ada juga racunnya, apa yang dikatakan Paulus
dalam Roma pasal 9 ayat 5 misalnya, "Yesus adalah Allah yang harus
disembah." Datanglah ayat Al-quran sebagai korektor bagi mereka, misalnya
surah Al-Maidah ayat 72 menyebutkan, "Telah kafir orang yang mengatakan
al-Masih adalah Tuhan." Makanya, kalau kita berinteraksi dengan para aktivis
Kristen kita jangan hanya mengatakan kitab Injil sudah tidak asli atau
palsu, lebih baik kita tunjukkan yang menyimpang dan salah pada Injil
tersebut.




Apa yang menyebabkan kaum Nasrani tidak menyadarinya?




Di samping kekuatan dana, mereka ada dogma, bahwa apapun yang terjadi apakah
ajaran itu rasional atau tidak, harus diterima karena ia merupakan firman
Tuhan. Dan ditanamkan kepada mereka hanya orang Kristen saja yang selamat,
yang lain tidak selamat dan harus diselamatkan. Misi inilah yang membuat
mereka agresif untuk melakukan pemurtadan. Apalagi misi itu didukung dengan
fasilitas yang cukup. Mereka tidak lagi memikirkan urusan kebutuhan
keluarga, karena sudah dijamin. Lain dengan dai-dai kita yang dikirim ke
pelosok paling hanya digaji Rp 50.000-150.000 per bulan.



Apa yang membuat mereka menerima dogma tersebut, sehingga mereka tetap
menjadi ummat terbesar?




Secara umum orang ingin mencari yang gampang. Dan di Kristen itu memang
gampang. Kalau melakukan tindakan yang tidak berakhlaq tidak ada masalah
karena nantinya akan diampuni juga, dan cukup hanya sekali seminggu datang
ke gereja. Paulus mengatakan dalam Roma pasal 5 ayat 20, "Semakin banyak
dosa semakin melimpah kurnia Tuhan."




Makanya di Barat kita ketahui kehidupan mereka rusak, terutama dalam
kebebasan seks. Dan kerusakan itu mengacu kepada ajaran Bibel yang memang
banyak memuat cerita-cerita porno yang vulgar. Misalnya diceritakan
bagaimana Nabi Daud sebagai orang yang rusak moralnya

menghamili Batseba istri Uria. Begitu pula Nabi Luth diceritakan menghamili
anaknya sendiri. Makanya, Jasmen Alfa, seorang Sosiolog Kristen, mengatakan
Bibel itu jangan sampai dibaca anak-anak, lebih baik ia dimasukkan ke dalam
peti besi, kemudian petinya dikunci dan kuncinya dibuang ke laut.



Bagaimana reaksi mereka bila mendengar hal itu dari Anda?




Mereka membenarkan dan meyakini kebenaran cerita persundelan itu. Misalnya
sebuah acara di televisi pernah menampilkan dua orang pelacur yang menjadi
germo kemudian bertaubat menjadi hamba Tuhan. Saya sampaikan bahwa cerita
ini mirip dengan apa yang ada dalam Bibel. Pembawa acara yang Kristen itu
kemudian membenarkan. Kemudian saya balikkan, berarti Yesus anak pezina
karena dalam Matius ayat 1 dan seterusnya menceritakan bahwa silsilah
keturunan Yesus bertemu dengan raja Daud yang menzinai Batseba. Tapi telepon
saya akhirnya ditutup.




Kalau sudah mentok biasanya apa yang mereka lakukan?




Ada yang jujur dan mengatakan ini PR buat saya. Ada yang tidak jujur dengan
cara menghindar dan lari ke masalah lain. Maka kalau debat dengan mereka
jangan beri kesempatan buat beralih pembicaraan.



Mereka meyakini semua orang berdosa dari Adam sampai manusia kemudian,
kecuali Yesus yang tidak berdosa. Inilah sebenarnya skenario Paulus
menjalankan misinya, yang membuat citra bahwa Yesus itu juru selamat.




Apakah Anda hafal Injil sehingga fasih menyebutkan ayat demi ayat?




Tidak hafal. Hanya tahu saja.




Selama beraktivitas di bidang ini Anda sudah terjun kemana?




Seluruh wilayah Jawa Timur sudah, begitu pula Jawa Tengah dan Sumatera juga
serta Kalimantan. Program ke depan adalah Irian dan Sulawesi. Kalau ini
sudah berarti semua pulau besar sudah. Jadwal terbang Abud memang padat.
Ketika kami menemuinya seusai berkhutbah Jumat di sebuah perkan-toran ia
mengaku baru tiba dari Kalimantan. Sesudah itu ia punya agenda di dua tempat
sampai malam.



Karena waktu yang terbatas wawancara itu urung dilangsungkan. Karena esok
siangnya ia berceramah di Universitas Trisakti untuk selanjutnya terbang ke
Palembang, Sahid mewawancarainya pagi hari selama waktu menunggu jemputan
dan dalam perjalanan menuju lokasi seminar. Itu pun masih sering disela oleh
telepon, antara lain dari daerah yang memintanya datang yakni Pekalongan dan
Padang.




Apa yang biasanya Anda lakukan di berbagai tempat itu?




Kita memberikan informasi sekitar cara-cara pemurtadan dan kita dorong
mereka memperdalam pemahaman keislaman. Jangan sampai nanti kawan dibilang
lawan dan lawan dibilang kawan, karena memang gerakan mereka ibarat musang
berbulu ayam, lihai dan licik.




Misalnya sekarang di Meruya Ilir (Jakarta) mereka mendirikan Sekolah Tinggi
Theologia Kalimatullah, yang semua mahasiswanya memakai kopiah dan
mahasiswinya memakai jilbab. SKS Islamologinya yang dulu hanya 20 SKS
sekarang menjadi 40 SKS. Semester dua saja mereka sudah dilatih berdiskusi
dengan para ustadz. Sedang mahasiswa IAIN saja tidak dipersiapkan untuk
menghadapi para pendeta. Ada juga yang mengaku-ngaku anak kiai, mantan
ustadz dan lain-lain.



Mereka menggunakan cara-cara itu untuk mencari legitimasi?




Semacam itu. Tidak jarang yang mengaku pernah jadi aktivis Muhammadiyah.
Bahkan di rumah sakit pun mereka beraksi. Pasien yang tidak berdaya disuruh
beriman kepada Yesus agar sembuh. Padahal kalau mau jujur, saya mempunyai
tetangga Katolik yang mengeluh karena habis

biaya untuk berobat strok tapi tidak juga sembuh, terus saya balikkan saja,
katanya Tuhan Anda bisa menyembuhkan. Jadi semua akal-akalan

orang Kristen untuk menjerat orang Islam. Kalau sudah menjadi Kristen ya
akhirnya diterlantarkan.



Seberapa sering Anda menangani kasus-kasus pemurtadan?




Banyak sekali. Yang paling sering biasanya kasus pemuda Kristen memacari dan
menghamili pemudi Muslimah. Ada juga kasus nikah beda agama yang belakangan
menim-bulkan masalah besar.




Apa hikmah terbesar menjadi seorang Kristolog?




Di sini saya bisa menguji kemampuan lewat berdebat dengan mereka, kalau ada
yang kurang saya pelajari terus. Di samping itu memudahkan saya berda'wah
kepada mereka, karena Islam ini juga wajib dida'wahkan kepada mereka. Lihat
saja surah Ali-Imron ayat 71. Sementara perintah bagi mereka untuk berdakwah
kepada orang Islam itu batal karena dalilnya di Matius pasal 28 ayat 16
dibuat setelah Yesus mati.



Karenanya, kalau Anda didatangi misionaris Kristen, jangan diusir. Da'wahi
mereka.



Tapi kan tidak semua orang punya bekal?




Makanya para aktivis da'wah harus menyiapkan bekal itu. Tim FAKTA insya
Allah siap membantu. Dimana saja, sampai ke Irian sekalipun, kami siap
memberikan bekal.




FAKTA didirikan 1998 dengan latar belakang belum banyaknya lembaga yang
secara khusus menangani persoalan Kristenisasi. Dengan fasilitas yang sangat
terbatas 7 dari 20 relawan (diantaranya bekas pendeta) yang aktif hingga
kini masih rutin melakukan berbagai kegiatan antisipasi pemurtadan antara
lain dengan menerbitkan buletin, membuka ruang konsultasi akidah di sebuah
majalah Islam, memberikan seminar, ceramah dan pelatihan Kristologi di
berbagai kota, dan belakangan di kampus-kampus. Melalui lembaga inilah Abud
membangun jaringan anti pemurtadan secara nasional. Sayangnya, untuk
kebutuhan operasional FAKTA masih mengandalkan kocek para relawannya
sendiri.



Apa saja langkah yang harus diambil jika sebuah masyarakat berhadapan dengan
kristenisasi?




Kristenisasi ini bervariasi. Kalau mereka mengadakan santunan sosial,
pembagian sembako atau lainnya, maka umat Islam harus melakukan hal yang
sama sebagai counternya. Kalau mereka menyerang lewat buku kita juga
mempersiapkan buku dan tulisan-tulisan, sekaligus menyerang balik kepada
mereka. Tapi kalau kasusnya hipnotis maka kita harus laporkan kepada pihak
yang berwajib dan melakukan upaya advokasi bertemu dengan upaya hukum.
Aparat juga harus peka. Kalau tak ada langkah hukum masyarakat bisa
kehilangan kesabaran.



Kepada para misionaris, langkah pertama, tolak mereka dengan cara yang baik,
karena Islam tidak mengajarkan cara kekerasan jika kita tidak diperlakukan
keras. Konkritnya kalau menemukan sudah ada bukti-bukti itu, ambil
bukti-bukti itu kemudian serahkan kepada ulama setempat dan beritahukan
kepada aparat, lantas jelaskan kepada mereka ini melanggar kode etik
penyebaran agama. Kalau mereka berbuat zhalim baru kita lakukan hal yang
sama tapi tidak boleh berlebihan. Ummat Islam jangan menjadi ummat yang
bodoh karena Islam bukan agama yang sempit. Kepada ummat Kristen yang tidak
menggangu jangan diganggu pula mereka.




Tindakan ummat Islam selama ini cenderung reaktif terhadap isu-isu
kristenisasi, misalnya seperti yang terjadi di Doulos. Bagaimana menurut
Anda?




Jangan salah tafsir. Ummat Islam tidak pernah mengadakan aksi. Mereka hanya
bereaksi. Karena aksi-aksi Kristen melanggar kode etik maka

ummat Islam bereaksi.



Mungkin, karena begitu concernnya terhadap bidang Kristologi, dosen Institut
Agama Islam Al-Ghuraba ini, sampai menamakan anak keduanya dengan seorang
tokoh Kristologi terkemuka dari Afrika, Ahmad Deedat. "Saya memang
mengaguminya dan ingin agar dia menjadi ulama seperti Ahmad Deedat," jelas
Kristolog yang mengaku memiliki kemiripan jalan hidup dengan Ahmad Deedat
itu. Itulah sebabnya di kalangan teman-temannya, serta belakangan di
kalangan media dan umat, anak ketujuh dari 13 bersaudara pasangan Mahfudz
dan Hanafiyah itu lebih sering dikenal sebagai Abu Deedat. Padahal nama
aslinya adalah Shihabuddin.



Mengapa Anda tertarik dan tekun menekuni Kristologi?




Saya terjun di dunia Kristologi tahun 1982, ketika bekerja di sebuah
perusahaan swasta. Di perusahaan itu kebetulan direkturnya seorang pendeta.
Begitu pula para pimpinan lainnya yang memegang posisi penting rata-rata
adalah aktivis gereja. Salah satu dari mereka, yakni kepala bagian keuangan
berusaha menginjili ('mendakwahkan' injil) para karyawan Muslim melalui
berbagai tulisan dan diktat tentang potongan-potongan ayat Qur'an yang
terkesan seperti mendukung agama mereka.




Saya penasaran. Maka saya datangi orang itu. Ketika saya tanya, katanya
tulisan-tulisan itu disusun oleh orang yang sudah berpuluh-puluh kali naik
haji. Saya pun terlibat diskusi kecil-kecilan dengan mereka.




Apa bekal Anda waktu itu?




Bekal saya waktu itu Injil pemberian seorang Kristen Manado yang saya
pelajari. Kebetulan juga saya lulusan Fakultas Ushuluddin, jurusan Penyiaran
Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sana ada mata kuliah khusus
tentang Kristologi. Dengan modal itu saya terus menggeluti dunia Kristologi
secara otodidak, selain mengikuti kursus-kursus Kristologi secara tertulis.
Misalnya di Pelita Hidup tahun 1986 dengan menggunakan nama samaran.
Alhamdulillah dari situ saya banyak mendapatkan dokumen penting yang berguna
untuk antisipasi gerakan mereka.




Ia dibesarkan di pesantren NU sampai SMP di Tasikmalaya, Jawa Barat. Orang
tuanya juga berlatar belakang NU. Karena banyak berinteraksi dengan aktivis
Persis, ayahnya lalu banyak mendorong untuk berdakwah. Berbagai diskusi dan
kegiatan PII ditekuninya.



Di rumahnya Abud sering meladeni permintaan debat dari para pendeta dan
aktivis gereja. Hal yang sama juga dilakukan di berbagai tempat. Dan itu
sudah berlangsung ratusan kali. Dari kalangan Budha dan Aliran Kepercayaan
ada juga yang pernah menjadi lawan debat Abud. Menurut Abud, banyak di
antara mereka yang menyerah tapi tidak mau mengakui kesalahannya. Kalau pun
ada yang mengaku salah, mereka khawatir kalau masuk Islam akan miskin. Tidak
sedikit juga yang mendapat hidayah.



Buku apa saja yang Anda jadikan pegangan untuk mendebat mereka?




Ketika masih SMU di kampung, saya sudah memiliki referensi buku-buku Islam,
kurang lebih 500 judul. Yang pertama saya pelajari adalah dialog
Islam-Kristen berjudul "Bibel lawan Bibel" karangan A Hassan dan buku-buku
Pak Abdullah Wasian tentang Kristologi.



Bagaimana Anda mendi*** anak Anda, Deedat, supata kelak jadi seperti Ahmad
Deedat?




Saya sekarang sedang berusaha menyiapkannya menjadi aktivis da'wah. Ketika
saya menangani kasus pemurtadan di rumah, saya sengaja menyuruhnya untuk
melihat.




Bagaimana mengatur kesibukan da'wah dengan keluarga?




Saya mencoba bagaimana kebutuhan rumah tangga bisa terpenuhi, karenanya saya
juga berwiraswasta. Istri saya banyak sekali membantu dan mendorong saya
ketika menangani kasus-kasus pemurtadan terutama terhadap Muslimah. Jadi
antara saya dan istri sejalan. Dia juga tahu tugas saya, sehingga untuk
anak-anak kita beri penjelasan kepada mereka.




Anda pernah mengalami teror?




Iya, sebatas teror telepon dan surat kaleng biasa. Istri saya juga pernah
diancam melalui telepon. Berjuang harus ada tantangan dan itulah risiko.




Peristiwa apa yang paling berkesan bagi Anda?




Yang tidak pernah bisa saya lupakan adalah ketika saya mengobati anaknya
kiai, di mana seumur hidup baru kali itu saya menceramahi kiai secara
langsung. Anaknya kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, dibawa
kabur oleh anak pendeta kemudian di-Kristenkan, bahkan sudah dihamili.
Akhirnya pak kiai ini mendatangi saya dan minta tolong kepada saya untuk
menangani kasus ini. Alhamdulillah, sayapun dapat melakukan penyadaran
kepada anak tersebut dan kepada kiai itu sekaligus yang merasa terpukul
dengan keadaan anaknya. Kesan lain, ketika saya menghadapi kasus-kasus
Muslimah yang termurtadkan. Ini sering membuat saya sedih.




Apakah perhatian yang mendalam itu tidak membuat Anda emosional?




Saya sangat prihatin sekali, karena lembaga yang lain masih sangat minim
perhatiannya terhadap masalah seperti ini. Inilah kelemahan di kalangan
kita. Kalau kejadian seperti ini belum menimpa keluarga kita sendiri, hal
itu dianggap biasa saja. Kalau sudah tertimpa musibah baru merasa. (Deka
Kurniawan)






Sepucuk surat tergeletak di meja redaksi kami, Maret lalu. Surat itu dari
seberang pulau, Kalimantan Timur. Nama pengirimnya singkat saja, Dewi.
Tetapi persoalan yang diadukan tak sesingkat namanya. Coba simak isi surat
itu:



"Saya seorang ibu 29 tahun dan suami 31 tahun. Kami telah dikaruniai dua
anak. Yang pertama pria (6), dan kedua putri (2). Kami menikah 7

tahun yang lalu, dia adalah teman sekampus saya. Saat pertama mengenalnya,
saya benar-benar benci. Maklum, saya lahir dari keluarga Muslim yang taat,
sementara dia pemeluk Protestan. Tapi entahlah, mungkin karena dia tak
pernah putus asa, saya kemudian menerimanya menjadi pacar. Saya benar-benar
semakin sayang setelah dia kemudian menerima menikah dalam Islam. Saya
benar-benar bahagia sekali." Tetapi setelah datangnya anak pertama lalu
disusul anak kedua, banyak perubahan yang terjadi pada suami saya. Tiba-tiba
dia jarang shalat dan sering keluar tanpa pamit. Belakangan saya tahu
ternyata dia tidak benar-benar meninggalkan agamanya. Bahkan, sejak anak
kedua kami lahir, secara terang-terangan dia pernah mengatakan kepada saya.
`Saya masih seperti dulu, jadi jangan harap ada perubahan.'" "Mendengar
kata-katanya, saya hampir tidak percaya. Suami saya yang tadinya pendiam itu
tiba-tiba seperti itu. Yang membuat saya benar-benar takut dan sedih,
hari-hari ini, dia sering memaksa saya mengikuti jejaknya untuk datang di
kebaktian.'



Kisah memilukan itu tidak cuma dialami Dewi, tapi juga seorang ibu asal Palu
yang datang ke kantor Suara Hidayatullah (Sahid) Surabaya, Juli lalu. Wanita
berperawakan sedang ini datang bersama suaminya dengan wajah sembab. Kepada
Sahid, ia menceritakan musibah yang menimpa keluarganya. Singkat cerita,
sang adik diketahui hamil di luar nikah sesaat sebelum menyelesaikan gelar
sarjananya. Yang membuat musibah itu terasa amat berat, pacar sang a*** itu
ternyata pemuda beragama lain. "A*** saya dihamili oleh pemuda Kristen,"
ucapnya sembari menyeka linangan air matanya. Padahal, sang adik dikenal
sebagai wanita pendiam dan jarang keluar rumah. Selain itu, selama ini, dia
dibesarkan dan didi*** dalam lingkungan keluarga Muslim yang sangat taat.
Peristiwa memalukan itu memang kemudian bisa dicarikan solusinya.
Singkatnya, sang a*** akhirnya menikah dengan pacarnya pemuda Kristen dalam
upacara Islam. Setelah itu, keduanya pindah kota yang jauh dari keluarga, di
Palu. Hanya saja, kepergiannya masih tetap menyisakan luka yang mendalam
bagi pihak keluarga. Terutama setelah diketahui bila sang adik telah ikut
sang suami menjadi aktifis gereja bersama semua anaknya.



Kisah cinta seperti Dewi dan a*** si ibu tadi bukan hal baru di negeri ini.
Banyak pemuda dan pemudi pernah mengalami hal serupa. Memiliki teman dekat
atau calon suami yang berbeda agama. Ujung-ujungnya, dalam banyak kasus,
hubungan keduanya kemudian terhambat karena adanya perbedaan agama. Bagi
yang taat pada agama, mereka memutuskan untuk berpisah. Sebagian lagi
memilih kompromi, yakni memilih mengikuti salah satu dari agama yang dianut
pasangannya. Pada pilihan yang terakhir inilah yang perlu diwaspadai,
utamanya para gadis muslimah.






Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan kristenisasi
yang sangat menghina umat Islam, yaitu memperkosa muslimah murid Madrasah
Aliyah di Padang yang selanjutnya dimurtadkan. Khairiyah Enisnawati alias
Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun,
Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang
dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari
agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di
rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan,
Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen. Gereja
itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan
PDAM Padang. (lihat Dialog Jumat, 6 Agustus 1999).





Tentu saja saya punya data mengenai itu. khan tinggal kontak FAKTA. untuk
pemanasan nich ada data hamilisasi yang pernah terjadi di Tambun - dan
Kranji Mbekasi !!




Banyak muslimah telah jadi korban pemurtadan. Hanya orang-orang yang tinggal
di selatan Pasar Tambun yang mengenal H Kacep. Mungkin sebab itu, kasus
kematian mubaligh kondang untuk ukuran kampungnya yang sungguh mengenaskan,
sama sekali luput dari pemberitaan media massa. Kejadiannya sekitar setahun
yang lalu. Berawal dari pertemuan puterinya dengan seorang pemuda. Pertemuan
itu berlanjut. Kian hari kian akrab. Gadis muslimah itu kian sering dijumpai
berduaan dengan sang pemuda. Sang ayah, H. Kacep, suatu waktu memanggil
keduanya. Mubaligh itu bagaimana pun tahu bahwa berpacaran adalah sesuatu
yang dilarang dalam Islam. ?gWa la taqrabuu zina,?h demikian peringatan
Allah SWT dalam al-Qur?fan. Karena hubungan antara puterinya dengan sang
pemuda sudah terlihat begitu erat dan berjalan sudah relatif lama, maka
sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat untuk
meresmikan hubungan kedua insan itu ke dalam jenjang pernikahan.



Secara bijak H. Kacep mengutarakan keinginannya pada sang pemuda. Puterinya
menyimak baik-baik apa yang dikatakan ayahnya itu. Hatinya berbunga-bunga.
Yakin bahwa sang pemuda pujaan tidak akan keberatan dengan maksud ayahnya.
Setelah mendengar penuturan H. Kacep, sang pemuda dengan enteng menjawab,
?gYa, saya mau saja menikahi anak bapak. Asalkan pernikahannya dilakukan di
gereja!?h

Bagai disamber geledek di siang bolong. Bapak dan anak puterinya
terkaget-kaget dibuatnya. Sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya
bahwa pemuda yang selama ini dekat dengannya ternyata seorang non-Muslim.
Padahal dulunya ia pernah bilang bahwa dirinya juga Islam. Dari hari ke hari
gadis muslimah tersebut mengurung diri di kamarnya. Hingga suatu hari sosok
remaja tersebut ditemukan terbujur kaku dengan mulut berbusa. Sekaleng racun
serangga ditemukan tergolek di sampingnya. Besar kemungkinan, sesuatu yang
berharga telah dipersembahkan gadis tersebut pada sang pemuda hingga ia
memilih mati ketimbang menanggung malu. Kematian puteri tercintanya membuat
H. Kacep menangung kesedihan yang amat sangat. Belum lagi kasak-kusuk
tetangganya yang kerap terdengar tidak sedap. Akhirnya H. Kacep jatuh sakit.
Dua bulan kemudian, sang ayah menyusul puteri tercintanya ke alam baka.
Pesantren yang dikelolanya pun bubar... Di daerah Kranji, masih Bekasi,
beberapa tahun lalu juga terjadi kasus yang mirip. Seorang Muslimah berteman
akrab dengan seorang pemuda. Dari pertemanan tersebut, si gadis pun hamil.
Sang ayah yang tahu sedikit banyak tentang Islam pun marah besar. Segera
dipanggilnya sang pemuda untuk dimintai pertanggungjawabannya. Juga dengan
enteng, si pemuda menjawab, ?gSaya mau nikah dengan anak bapak, asal
dilakukan di gereja!?h Ayah beranak itu kaget mendengarnya. Sama sekali
mereka tak menyangka siapa gerangan pemuda itu. Tapi sikap dan pendirian
sang ayah cukup tegas: ketimbang anaknya murtad, lebih baik menolak
mentah-mentah syarat sang pemuda Kristen tersebut. Janin yang dikandung
anaknya dibiarkan lahir tanpa ayah. ?gKini anaknya dirawat oleh orangtua si
gadis,?h ujar Drs. Abu Deedat Syihabuddin, MH, Sekjen FAKTA(Forum Antisipasi
Kegiatan Pemurtadan) Jakarta.






Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah. Khairiyah
Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan dijebak oleh
aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa. Setelah tidak
berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa menimpa Linda, siswi
SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh komplotan aktivis
Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan teror kejiwaan
supaya murtad ke Kristen danmenyembah Yesus Kristus. Di Bekasi, modus
pemerkosaan dilakukan lebih jahat lagi. Seorang pemuda Kristen berpura-pura
masuk Islam lalu menikahi seorang gadis muslimah yang salehah. Setelah
menikah, mereka mengadakan hubungan suami isteri. Adegan ranjang yang telah
direncanakan, itu foto oleh kawan pemuda Kristen tersebut. Setelah foto
dicetak, kepada muslimah tersebut disodorkan dua pilihan: "Tetap Islam atau
Pindah ke Kristen?". Ka!au tidak pindah ke Kristen, maka foto-foto talanjang
muslimah tersebut akan disebarluaskan. Karena tidak kuat mental, maka dengan
hati berontak muslimah tersebut dibaptis dongan sangat-sangat terpaksa
sekali, untuk menghindari aib. Di Cipayung Jakarta Tirnur, seorang gadis
muslimah yang taat dan shalehah terpaksa kabur dari rumahnya. Masuk Kristen
mengikuti pemuda gereja yang berhasil menjebaknya dengan tindakan
pemerkosaan dan obat-obat terlarang.




--


website address : http://www.adriandw.com (about christian, jew and islam;
history, knowledge, teaching and practice on life)
e - mail address : adriandw@xxxxxxxxxxxxxx
Mobile/Hand Phone : +62 0816 705 818
World Church baptized me Saint John in 1985
World Church and World Synagogue acknowledged me as Messiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar